KETAKUTAN MEREKA YANG TAK CEMAS

Mereka tak cemas akan keakuan mereka yang muncul setelah kita; ketakutan menjadi sahabat peristiwa keseharian aku-nya dalam aku yang lain, dan ketidakcemasan mereka dikuasai oleh sahabat yang tak mau melihat peristiwa sesudahnya lebih baik. Godaan ini membentuk tirani yang sejak awal mula terlempar begitu saja - tak ada hempasan kedalam eksistensinya sendiri untuk ke luar. Oleh sebab itu, keterbukaan terhadap rasa cemas adalah sebuah kemungkinan kecil bahkan mustahil.
Bila hendak diadakan sebuah evaluasi tidak tertutup terhadap kwalitas manifestasi verbal dari keakuan yang atas dasar kesepakatan yang lain lahir sebagainya; maka bukanlah suatu dusta penilaian itu mengarah pada ketidakcemasan. Ada begitu banyak ketidaktentraman untuk meraih yang berikutnya; dan perasaan yang hilir mudik pada aku-nya tidak jatuh ke dunia yang lain untuk dinamis. Ketidakjatuhan itu merupakan karya rasional yang hanya sibuk dengan dunia di dalamnya. Selain itu adalah sesuatu yang tidak diinginkan-entah verbal maupun perwujudannya.

Tentu saja tidak sampai di sini. Ketakcemasan yang terlempar itu merupakan karya - karya aku-nya, yang mereka sebut kita. Larut dalam keseharian untuk suatu peristiwa pertukaran rupa - rupa alam mental dan penjelmaannya terhadap sesuatu yang karenanya lahir rasa takut kehilangan: hanyalah sia - sia; karena ketakutan itu adalah ketidaktentraman terhadap sesuatu itu dan pada saat bersamaan terjadi keterlemparan untuk meraihnya.
Ketakutan menjadi prioritas dari dan demi keberlangsungan yang tak cemas itu. Dari sebab itu lahirlah gejala - gejala penolakan bahkan sampai pada kontraditatif yang kelihatan; dan tidak mustahil sebagai ikhtiar bukan tidak menolak karya kekitaan mereka; sebab ketidakterimaan ini dalam rangka keterbukaan terhadap rasa cemas untuk kini dan setelahnya.
Berpapasan dengan peristiwa yang tidak menerima karya itu; muncul pula upaya bela diri yang bisa saja terjadi akibat konsiliasi dunia mental di antara yang merasa tidak diterima: dan konsili itu mencetuskan sebuah sikap ancang - ancang ke-ketakutan akan hilangnya sesuatu yang dicemaskan oleh aku-nya kita yang tidak termasuk di dalam mereka; dan ancang - ancang itu diikuti oleh pembunuhan mental penolak oleh verbalisasi pemikiran mereka.
Ini memang harus ada ; dan memang demikianlah konsekwensi larut dalam keseharian. Bukan sekedar untuk berjumpa bahkan lebih dari sebuah pertemuan singkat. Mustahil menemukan persamaan struktur alam mental dalam setiap kepala yang tidak sama. Bila ia tiba pada yang bukan berbeda; maka persamaan itu tidak persis. Larut dalam keseharian berupaya untuk terbuka dengan kecemasan akan sesuatu untuk kebaikan satu dan yang lain ; dan takut bila kecemasan itu diselewengkan.

Post a Comment

0 Comments