USAHA KAMI UNTUK MENINGKATKAN IMAN: DIALOG PENUKAR UANG DAN PEDAGANG HEWAN

"Di halaman Bait Allah di Yerusalem banyak pedagang hewan dan penukar uang membuka perusahaan bagi umat. Yesus datang juga ke Yerusalem untuk merayakan pesta paskah. Ketika Dia melihat keramaian dalam rumah ibadat itu, Dia lalu memintal cemeti dari tali dan mengusir orang-orang dan hewan-hewan ke luar kenisah. Meja-meja penukar uang diobrak-abrik dan dilemparkan-Nya ke luar. Dengan marah Dia berkata: Janganlah menjadikan rumah Bapa-Ku suatu tempat perdagangan".



Penukar Uang:
selamat siang saudara..ada kabar baik? Bagaimana dengan hasil penjualan?

Pedagang Hewan:
Terima kasih! Hati saya masih dongkol dengan orang Nazaret yang liar itu..

Penukar Uang:
Saya tidak terlalu ambil pusing mengenai hal itu. Apakah saudara pada hari itu sangat rugi?

Pedagang Hewan:
Waduh...tiga ekor merpati terbang dan hilang. Dua ekor domba jantan terpaksa dibunuh karena mengalami patah kaki saat lari dalam kepanikan.

Penukar uang:
Nasibmu masih baik...Nasib saya lebih malang lagi. Semua uang saya jatuh berhamburan dan rakyat jelata yang saleh seenaknya mencuri rezeki saya. Dan lagi, kami saling bertengkar dengan kawan-kawan senasib. Tiap orang bisa saja mengumpulkan apa yang bisa dipungutnya.



Pedagang Hewan:
Pada hari-hari raya, biasanya kita sudah memperhitungkan resiko kerugian yang selalu muncul. Tetapi yang lebih buruk ialah bahwa orang Nazaret itu mencap kita gerombolan perampok dan tempat dagangan kita disebut-Nya sarang penyamun. Saya marah sekali terhadap orang-orang farisi karena mereka tidak berkutik memulihkan nama baik kita.

Penukar Uang:
Itu benar..tidak ada seorang pun yang berani buka mulut untuk memulihkan nama baik kita.

Pedagang Hewan:
Sebagai penegak-penegak hukum taurat mereka toh tahu baik sekali mengenai berapa banyak hewan kurban yang diperintahkan oleh Musa. Dimana ada persembahan kurban, harus ada juga binatang-binatang kurban. Harus diingat juga bahwa para peziarah yang datang dari jauh atau luar kota pasti tidak membawa serta hewan kurbannya kemari.

Penukar Uang:
Selain itu, para peziarah dari luar tentu harus menukarkan uang terlebih dahulu. Apakah tidak baik kalau segala kerepotan itu dipermudah dengan memberi kepada mereka kesempatan mengurus penukaran uang dan pembelian dihalaman depan bait Allah?



Pedagang Hewan:
Dahulu memang pernah ada orang yang tidak terpelajar yang merasa tersinggung dan marah karena kita berjual beli hewan di halaman kenisah. Lalu di manakah tempat yang layak untuk kita? Orang-orang biasanya berkumpul di Bait Allah dan di sana baru timbul keinginan untuk membawa kurban, itu pun kalau mereka sendiri melihat hewan kurban itu. Saat itulah semangat kebaktian timbul. Jadi, justru dalam hal ini kita berjasa secara tidak langsung dengan mendorong orang menjalankan tugas kebaktiannya.

Penukar Uang:
Darimana sebenarnya kita mendapatkan uang untuk pemeliharaan Bait Allah kalau bukan dari pedagang saleh semacam kita ini? Memang sangat keterlaluan kalau kitalah yang dicaci maki oleh orang Nazaret itu, padahal justru kitalah yang menyokong dan menyumbang demi kelangsungan dan keindahan tempat suci ini.

Pedagang Hewan:
Betul...barangkali Dia mau supaya kita membuka pasar gelap dan kotor atau supaya kita hidup sebagai pegawai pajak dan pemungut cukai? Saya kira tidak ada cara yang lebih sopan daripada menjualbelikan barang-barang yang disucikan untuk Allah.

Penukar Uang:
Pengkhotbah petualang itu toh hidup dari derma penganut-penganut-Nya yang saleh. Tidak usah heran kalau Dia selalu memuji pejabat-pejabat pajak. Pegawai-pegawai bajingan ini berkeliaran di persimpangan-persimpangan jalan dan di bawah jembatan-jembatan serta memeras pedagang-pedagang yang baik dan jujur.

Pedagang Hewan:
Kapan lagi kita mendapat rezeki yang baik kalau bukan pada hari-hari raya? Pada hari-hari biasa sama sekali tidak ada harapan. Mereka yang datang kesana pada hari-hari menjelang pesta besar sempat mencari sendiri hewan kurban yang disukainya dan yang paling murah. Mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan kita pun memperoleh apa yang kita dambakan, yakni uang yang lumayan.

Penukar Uang:
Siapa yang mendatangi orang Nazaret itu? Barangkali ada peninjauan dari kota?

Pedagang Hewan:
Bagaimanapun juga Dia tidak luput dari tata cara persembahan. Menurut berita yang saya dengar dari kawan-kawan seperusahaan, orang tua-Nya dahulu juga membeli binatang persembahan untuk kurban ketika putra mereka dilahirkan. Mereka membeli dua ekor merpati.



Penukar Uang:
Dan justru putra mereka ini yang berteriak ke sana kemari bahwa ini adalah rumah sembayang, dan kita menyulapnya menjadi sarang penyamun! Memang tidak seorangpun menghalanginya masuk berdoa lewat pelataran sampai ke bagian Kudus Bait Allah.

Pedagang Hewan:
Orang yang berdoa ingin mendapat belas kasihan Allah. Sama saja halnya kalau ia membeli seekor hewan kurban yang juga dipersembahkan untuk memperoleh belas kasihan Allah. Kedua cara itu sama-sama baik dan menguntungkan.



Penukar Uang:
Apa yang harus kita lakukan supaya kesan buruk yang ditimbulkan oleh kebohongan orang Nazaret itu bisa hilang?

Pedagang Hewan:
Pertama-tama harus dinyatakan dengan jelas dan tegas bahwa setiap tindakan dan campur tangan seorang fanatik dalam usaha perdagangan dan jual belia dalah melawan undang-undang dan dapat dikenai hukuman. Usaha kita di depan Bait Allah ini macet hanya karena Instansi-instansi berwenang bungkam seribu bahasa menghadapi kasus pembersihan Bait Allah itu.

Penukar Uang:
Itu baik...tetapi terlalu kurang! Paling penting ialah menjelaskan kepada umat bahwa usaha perdagangan kita bukan saja layak dan sopan, melainkan juga memiliki unsur pendorong ke arah kesalehan. Bukan sia-sia bahwa hal ini dilakukan di bawah naungan rumah Allah.

Post a Comment

2 Comments