Toleransi antar umat beragama di Indonesia kini kian menyusut. Publik kembali dikejutkan oleh tanggapan Tuan Kopong atas pernyataan UAS mengenai hari natal dan larangan bagi umat Muslim untuk mengucapkan selamat natal kepada kaum Nasrani. Bila menoleh kepada Lakum Dinukum Waliyadin, mungkin pernyataan UAS dalam hubungannya dengan larangan mengucapkan selamat natal bagi umat Nasrani bisa dibenarkan. Sebab bagi umat Muslim itu merupakan suatu hal yang sangat penting: yang dengan itu mereka tidak perlu repot dengan urusan agama orang lain. Jika kita kembali pada sejarah Gereja tentang hari natal, maka kita harus akui bahwa hari natal diambil dari kultur kafir (bukan Kristen); yang merayakan kedatangan sang terang dan terang itu berhubungan dengan dewa matahari. Ini merupakan budaya Yunani dan Romawi dan Mesir Kuno. Penempatan tanggal 25 sebagai hari natal berdasarkan hitungan kalender masehi oleh bangsa Romawi kuno, bukan serta-merta mengambil hari besar kafir itu tanpa pertimbangan yang matang. Ada pertimbangan Teologis yang secara hati-hati dan akurat ditetapkan oleh para pakar dan Teolog Gereja.
Pernyataan UAS tentang hari natal sebenarnya sudah memasuki ranah Teologis Kekristenan; dan ini cocok ditempatkan dalam diskusi dan dialog antar agama, sehingga ada keterangan yang lebih jelas mengenai hari yang ia katakan. Tidak bisa membuat pernyataan secara sepihak sebab akan ditanggapi secara berbeda-beda oleh setiap umat (kristen). Rasa ketidakpuasan atau tingkat pencaritahuan yang mendalam sebaiknya dibangun melalui komunikasi yang rasional dan berkode etik. Komunikasi itu bisa berupa upaya membangun dialog antar agama (menghadirkan tokoh-tokoh agama) yang bersifat jujur dan terbuka sehingga tidak ada prasangka yang menimbulkan konflik dan merugikan keselamatan bangsa.
Pernyataan UAS tentang larangan bagi umat Muslim untuk memberikan ucapan selamat natal kepada umat Kristen sudah merupakan bagian dari Lakum Dinukun Waliyadin.
Berhubungan dengan ucapannya tentang sejarah hari natal, UAS sebenarnya sudah memasuki ranah teologis; terlalu jauh merepotkan diri dengan Kekristenan. Dan ia sendiri saya kira sudah keluar dari Lakum Dinukum Waliyadin.
2 Comments
saya ingat kutipan bli JRX, kalo tuhan sya dihina ? saya akan diam, kenapa karna tuhan itu maha kuasa, kenapa kamu masih menyangsikan kekuatannya bila kamu percaya tuhan, simpan tuhanmu untuk dirimu sendiri.
ReplyDeletemantap tulisannya om
Makasi bro...
Delete