PEMILU: ANTARA MIMPI DAN PASAR GLOBAL


Tidak asing lagi di telinga bahkan penglihatan kita, peristiwa tentang pergantian masa kepemimpinan, dari yang lama kepada yang baru. Namun sebelum hal itu mencapai titik klimaks, penanggalan jabatan ini yang sudah diatur berdasarkan peraturan-peraturan tertentu  dengan jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama petinggi-petinggi; ia melewati sebuah titik: yakni pemasaran global taraf nasional. Disini sengaja disebut sebagai pemasaran global, sebab kesan yang sampai pada telinga akar rumput seolah-olah ada produk yang dijual dan ada juga semacam transaksi tunai tak terduga. "Butuh kejujuran untuk bisa mengatakan kedua hal di atas". Ini bukan lagu baru, sebab hampir dua dekade terakhir lagu-lagu ini masih serta terus dilantunkan dan tidak sedikit pendengar yang menaruh perhatian penuh karena syair-syairnya mengandung produk laris mani-murah meriah, dan tanpa disadari jika di dalamnya ada kadar racun yang sangat mematikan.
Setiap karya dari yang mendapat wewenang atas kepercayaan mereka-mereka yang dianggap kecil ; dari zaman ke zaman bukan tanpa titik fokus. Semua memiliki titik fokus, hanya saja dalam proses menuju titik itu selalu diwarnai oleh tarikan nafas panjang, yang memaksa orang harus berbondong-bondong ke jalan untuk berteriak.
Teriakan karena ketidakadilan, teriakan karena penyelewengan, teriakan karena kesewenang-wenangan, teriakan karena pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, teriakan karena kemalingan (walaupun ada maling teriak maling); semua itu upaya "menepuk bahu"  orang yang dipercaya agar sedikit (kalau bisa) mengangkat muka menatap debu-debu kotor  yang sebagian besar sudah dihirup entah sengaja atau tidak sengaja, dan mesti dibersihkan agar tidak ada lagi polusi yang ujung-ujungnya dipolisikan.
Bagaimana dengan membangun mimpi?
Semua pemegang kepercayaan mustahil tidak bermimpi. Mimpi mengenai keadilan, mimpi mengenai pembangunan yang merata, mimpi mengenai kesejahteraan dan macam-macam keindahan bersama, sebagian ada terangnya dalam realita dan masih ada yang kusam dan gelap; entah karena terbawa mimpi sehingha tanpa disadari jika surya sudah sepenggala tingginya. 
Mimpi seperti ini dialami pula oleh pribadi-pribadi yang sedang ancang-ancang untuk berkompetisi dengan pelaksana sebelumnya yang secara sah mendapat mandat akar rumput. Tak ada yang bercela dari setiap isi hati mereka berkat pemikiran kepala yang disebutnya visi-misi. Ia baik adanya selama ia dikandung dalam pikiran. Mereka-mereka yang menjalankan karya fungsionalnya sebagai penggali dan penyebar data (tidak termasuk penggali data tuntutan tertentu); kadang-kadang mengorek lebih dalam hingga pada penjelmaan pikiran dari yang digali, dengan kata-kata yang cukup laris didengar yaitu: seandainya, apabila, bila, andai kata.
Korekan ini memiliki nilai uji yang cukup besar terhadap pemikiran dari yang diajak untuk bicara dan kadang-kadang membuat mereka kalang kabut, apalagi bagi mereka yang sudah maupun sedang mengambil ancang-ancang untuk berkompetisi. Dari galian itulah sebagian akar rumput dapat melihat pohon-pohon yang akan menghasilkan buah.
Dampak lanjutannya adalah terjadi pemasaran global taraf nasional.
Masing-masing menjual produk unggulan yang mereka dan sebagian besar orang (tidak termasuk saya) menyebutnya visi-misi. Di sini muncul perang idealisme. Gagasan demi gagasan dikemukakan untuk mengikat mereka-mereka yang mau diambil hatinya. Tembak-menembak pernyataan maupun pertanyaan yang masing-masing punya data pertanggung jawaban tertentu semakin memanas.
Ada yang membangun mimpi dan yang lain mengubur impian itu dengan mimpi yang lebih besar. Karya-karya sebelumnya dinilai tak berdaya guna, walaupun hasil karya itu memiliki daya manfaat yang signifikan bagi akar rumput. Banyak diantara mereka-mereka yang kecil tertular getah pohon beracun, sehingga sulit membedakan mana yang mendatangkan hasil mana yang tidak.
Akar rumput sepertinya banyak makan jajan dari produk-produk tak bermutu.
Kendati begitu; ini perkara pikiran dan hati. Pikiran yang baik hendaknya melihat secara menyeluruh diikuti oleh hati yang baik hendaknya ke luar dari diri sendiri dan menautkannya pada orang lain demi kebaikan bersama satu dalam yang lain.

Post a Comment

0 Comments